ARTIKEL TENTANG PENULISAN EYD
KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM KARYA ILMIAH DOSEN UNIVERSITAS BINA DARMA
WRITTEN BY: DUNIA PENDIDIKAN - SEP• 21•12
Abstract : This study is aimed at obtaining information related to errors made by Universitas Bina Darma (UBD) lecturers in implementing EyD on their scientific paper. The research was conducted on April 2011 with 5 articles selected randomly. The data has been analyzed using the newest EyD (Number 46, 2009). The research reveals that there are, still, errors in lecturers’ scientific article. Errors are in the area of using italic letter, capital letter, preposition di, ke, and dari, coma, word absorption, abbreviation, colon, semicolon, particle, and dash. This concludes that lecturers’ competence in writing scientific paper should be improved.
Key Words: error, standard language, EyD, scientific paper, error analysis
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kesalahan penggunaan EyD yang dilakukan oleh dosen Universitas Bina Darma dalam karya ilmiah. Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 dengan 5 artikel yang dipilih secara acak. Data dianalisis menggunakan EyD terbaru (Nomor 46,2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada kesalahan penggunaan EyD dalam artikel penulisan karya Ilmiah dosen. Kesalahan meliputi penggunaan huruf miring, huruf kapital, kata depan di, ke, dan dari, tanda koma, unsur serapan, singkatan dan akronim, titik dua , titik koma, partikel dan tanda hubung. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis karya ilmiah dosen harus ditingkatkan.
Kata Kunci ; kesalahan, bahasa baku, EyD, karya ilmiah, analisis kesalahan
PENDAHULUAN
Ada tiga tugas utama yang wajib dilaksanakan oleh seorang dosen yang dikenal dengan “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Ketiga tugas utama itu adalah: pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, seorang dosen harus melaksanakan ketiga tugas yang telah disebutkan di atas dalam kegiatannya sebagai seorang dosen karena dosen tidak hanya bertugas mengajar dan mendidik tetapi juga harus meneliti dan mengabdikan ilmu pengetahuannya kepada ma-syarakat.
Pada umumnya, tugas mengajar dan mendidik telah di-laksanakan dengan baik oleh para dosen. Namun, tugas untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat agak terabaikan. Hal ini juga terjadi di Universitas Bina Darma dengan persentase dosen yang melakukan penelitia setiap tahun hanya berkisar 25%. Ini berarti, masih sekitar 75% dosen tidak melakukan penelitian setiap tahun.
Kurangnya minat dosen melaksanakan penelitian disebabkan oleh beberapa faktor yang me-mengaruhi, antara lain: kurangnya waktu untuk meneliti yang disebabkan oleh beban mengajar yang besar; tidak adanya aturan yang mewajibkan dosen untuk menghasilkan minimal satu pe-nelitian per tahun; kurangnya bantuan dana penelitian baik dari dunia pendidikan maupun industri; kurangnya fasilitas penelitian yang dapat menunjang kegiatan pe-nelitian; kurangnya kemampuan me-nulis dosen yang berdampak pada kualitas penelitian yang dihasilkan mahasiswa.
Kurangnya kemampuan me-nulis dosen akan bepengaruh pada kualitas karya ilmiah mahasiswa karena sebuah karya ilmiah harus ditulis dalam bahasa Indonesia dengan ragam tulis baku. Seperti yang dikatakan oleh Nazar (2004), salah satu ciri ragam bahasa ilmiah ialah benar. Yang dimaksud dengan “benar” adalah kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia yang bermutu adalah bahasa Indonesia yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan logika maupun kaidah (Santoso, 2009). Seorang dosen yang memiliki tugas membimbing skripsi seharusnya mampu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam karya ilmiah yang dihasilkan mahasiswa sehingga karya ilmiah itu tidak hanya bernas dari sisi isinya namun juga benar dari sisi tata tulisnya. Mengetahui bahwa dosen memiliki peranan penting dalam menghasilkan dan meningkatkan kualitas karya ilmiah mahasiswa maka Peneliti ingin mengetahui apakah dosen telah menggunakan Ejaan yang Disempurnakan (EyD) dengan tepat dalam karya ilmiahnya. Oleh karena itu, Peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul ”Kesalahan Penggunaan EyD dalam Karya Ilmiah Dosen Universitas Bina Darma (UBD)”.
Berdasarkan latar belakang masalah, didapatkan beberapa per-masalahan yang dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah dosen telah menggunakan EyD dengan tepat?; (2) Jenis kesalahan penggunaan EyD apakah yang paling banyak dilakukan dosen dalam menulis karya ilmiah?
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah dosen telah menggunakan EyD dengan tepat dan jenis kesalahan penggunaan EyD apakah yang paling banyak dilakukan dosen dalam menulis karya ilmiah.
Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek, teoretis dan praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berdampak pada perkembangan ilmu bahasa, terutama yang berhubungan dengan bidang kajian analisis kesalahan berbahasa. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berdampak pada perbaikan kualitas karya ilmiah dosen yang diharapkan juga berdampak pada perbaikan kualitas karya ilmiah mahasiswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dari segi penyajian dan metode isi dari segi analisis. Data yang dianalisis adalah artikel jurnal yang telah diserahkan penulis pada tim jurnal (MBiA, Matriks, Tekno, Inovasi, Bina Bahasa) tetapi belum disunting oleh tim penyunting. Masing-masing jurnal diwakili oleh satu artikel yang dipilih secara acak.
Setelah didapatkan satu artikel dari masing-masing jurnal yang ada di UBD, prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
(1) membaca artikel berulang-ulang untuk mengidentifikasi kesalahan penggunaan EyD berdasarkan Pe-raturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009;
(2) jika ditemukan kesalahan peng-gunaan EyD, kesalahan diberi tanda yang kemudian dicatat pada kartu catatan;
(3) kesalahan, kemudian, dikelompok-kan ke dalam jenis kesalahan yang dilakukan;
(4) banyaknya kesalahan dalam masing-masing kelompok dijum-lahkan untuk mengetahui kesalahan jenis apa yang sering dilakukan dosen dalam menulis karya ilmiah;
(5) menjelaskan kesalahan dan mem-berikan contoh yang benar;
(6) meramalkan daerah atau jenis kesalahan yang rawan dan potensial mendatangkan kesalahan.
HASIL PENELITIAN
Dalam menulis karya ilmiah, seharusnya dosen mampu meng-gunakan EyD. Namun pada ke-nyataanya, setelah melakukan analisis terhadap karya ilmiah dosen dalam bentuk artikel jurnal, ternyata dosen masih melakukan beberapa kesalahan penggunaan EyD dalam menulis karya ilmiah. Bukan hanya itu, ditemukan juga bahwa dosen tidak hanya melakukan kesalahan dalam penggunaan EyD tetapi juga dalam afiksasi, koherensi dan kohesi. Namun, karena penelitian ini hanya untuk mengetahui apakah dosen telah menggunakan EyD dengan tepat dan jenis kesalahan penggunaan EyD apa yang paling banyak dilakukan dosen dalam menulis karya ilmiah, jadi kesalahan afiksasi, koherensi dan kohesi diabaikan.
Dari hasil analisis, semua karya ilmiah masih ditemukan kesalahan penggunaan EyD. Tidak terkecuali artikel untuk jurnal Bina Bahasa. Dari artikel MBiA, ditemukan 61 kesalahan dari 5.304 kata (1,15%). Dari artikel Matriks, ditemukan 28 kesalahan dari 4.748 kata (0,59%). Dari artikel Tekno, ditemukan 103 kesalahan dari 4.964 kata (2,07%). Dari artikel Inovasi, ditemukan 27 kesalahan dari 4.956 kata (0,54%). Dari artikel Bina Bahasa, ditemukan 31 kesalahan dari 5566 kata (0.56%).
Kesalahan ejaan yang ditemukan meliputi: (1) pemakaian huruf miring 28,07%; (2) pemakaian huruf kapital 23,46%; (3) penulisan kata depan di, ke, dan dari (18,07%); (4) pemakaian tanda koma 14,61%; (5) penulisan unsur serapan 3,90%; (6) penulisan singkatan dan akronim 2,69%; (7) pemakaian tanda titik dua 2,30%; (8) kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu 1,92%; (9) pemakaian tanda titik koma 1,92%; (10) penulisan partikel 1,53%; (11) pemakaian tanda hubung 1,53%.
Kesalahan pada pemakain huruf miring banyak terjadi karena dosen tidak menggunakan huruf miring untuk istilah asing yang digunakan dalam tulisan. Yang paling banyak melakukan kesalahan pada bagian ini adalah MBiA, jurnal ekonomi, dan Tekno, jurnal teknik. Banyaknya istilah asing yang digunakan dikarenakan artikel yang diambil sebagai bahan analisis banyak menggunakan terminologi bahasa asing yang belum ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Penggunaan istilah asing memang tidak dapat dihindari. Namun, dosen seharusnya sudah mengetahui bahwa bahasa asing yang masuk ke dalam tulisan berbahasa Indonesia harus dicetak miring.
Pemakaian huruf kapital di awal kalimat dalam penulisan nama orang masih terjadi kesalahan. Namun kesalahan ini sangat kecil (satu kesalahan) sehingga sangat besar kemungkinan bahwa kesalahan ini masuk kategori lapse atau kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan kategori lapse juga terjadi pada penggunaan huruf kapital di awal kalimat. Hal ini terjadi, diduga, karena ketidakhati-hatian. Agak janggal kalau masih ada yang tidak mengetahui bahwa awal kalimat harus menggunakan huruf kapital. Kesalahan dalam pemakaian huruf kapital paling banyak terjadi dalam penulisan anak judul yang seharusnya menggunakan huruf kapital sebagai huruf pertama semua kata kecuali kata tugas di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Banyak sekali anak judul yang menggunakan huruf kapital hanya pada kata awal saja. Selain itu, ada juga yang menggunakan kata tugas dalam huruf kapital yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil.
Kesalahan pemakaian huruf kapital juga terjadi pada penulisan huruf kapital yang berhubungan dengan geografi karena ada ketentuan tertentu kapan menggunakan huruf kapital dan kapan menggunakan huruf biasa. Misalnya kata inggris, apabila sebagai huruf pertama unsur nama diri maka mengunakan huruf kapital (contoh: Inggris). Huruf kapital juga dipakai pada nama geografi yang diikuti oleh nama diri geografi (contoh: Kota Inggris). Namun, apabila sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas jenis, huruf kapital tidak digunakan (contoh: kunci inggris). Bisa dipahami kalau banyak yang melakukan kesalahan karena harus teliti mencermati kata-kata yang digunakan agar tidak melakukan kesalahan.
Kesalahan penulisan kata depan di, ke, dan dari menempati tingkat ke tiga. Ternyata masih banyak sekali dosen yang tidak dapat membedakan kapan di dan ke sebagai kata depan dan kapan sebagai awalan. Penulisan diantaranya, diatas, didalamnya, dibeberapa, disini, disisi, dimana-mana, dilapangan, keseluruh, dimedia, kelapangan dikemudian, diluar seharusnya ditulis terpisah karena di maupun ke berfungsi sebagai kata depan. Namun hal yang sama juga terjadi sebaliknya. Ditemukan juga kesalahan penggunaan di yang berfungsi sebagai awalan yang ditulis terpisah. Misalnya: di kalikan, di hadapkan, di dapat, di dengarkan, di perhatikan, di ijinkan, di definisikan, di masukan, di peroleh, di mengerti. Sebagai tambahan, ada beberapa kata yang salah dalam penulisannya ditulis beberapa kali sehingga patut diduga kesalahan ini masuk kategori error.
Kesalahan pemakaian tanda koma banyak terjadi karena tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan antara induk kalimat dan anak kalimat. Misalnya: Menurut Ghazali (2000: 53) keterampilan… yang seharusnya Menurut Ghazali (2000: 53), keterampilan…. Padahal, dalam kalimat majemuk bertingkat, tanda koma harus digunakan untuk memisahkan induk kalimat dan anak kalimat jika anak kalimat terletak mendahului induk kalimat.
Kesalahan yang lain adalah tidak digunakannya tanda koma di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: …. Oleh karena itu seseorang dapat melakukan… yang seharusnya ditulis …. Oleh karena itu, seseorang dapat melakukan….
Kesalahan penggunaan tanda koma juga banyak terjadi pada saat memerinci yang lebih dari dua hal dan menggunakan kata penghubung dan. Misalnya: … SMA Negeri 3, 15 dan 17 Palembang yang seharusnya … SMA Negeri 3, 15, dan 17 Palembang.
Kesalahan penggunaan tanda koma juga terjadi pada penulisan angka desimal seperti 2.5 Km yang seharusnya 2,5 km. Kesalahan ini mungkin diakibatkan kerena dalam bahasa inggris penulisan angka desimal menggunakan tanda titik bukan koma.
Kesalahan penulisan unsur serapan terjadi pada kata teoritis yang seharusnya teoretis karena bearasal dari kata theoretical. Hal ini mungkin terjadi karena melihat kata teori yang memang berasal dari kata theory sehingga beranggapan bahwa kata yang tepat digunakan adalah teoritis tanpa melihat asal kata. Kesalahan juga terjadi pada katan ijin yang seharusnya izin karena berasal dari bahasa arab idzin. Kesalahan unsur serapan juga terjadi pada kata mikropon yang seharusnya ditulis mikrofon karena berasal dari kata microphone dimana ph berubah menjadi f. Kesalahan unsur serapan juga terjadi pada penulisan propinsi yang seharusnya ditulis provinsi. Berdasarkan aturan, huruf v yang berada di tengah kata tidak mengalami perubahan. Kesalahan terjadi pada penulisan effisiensi yang seharusnya efisiensi dengan satu f saja. Kesalahan penulisan unsur serapan juga terjadi pada kata tekhnik yang seharusnya teknik karena ch berubah menjadi k bukan kh. Kesalahan yang lain adalah kata consul yang seharusnya konsol karena berasal dari kata console. Kesalahan ini diduga, selain masuk kategori error juga ada unsur lapse, disebabkan oleh kecerobohan menggunakan huruf u yang tidak diketahui asalnya dari mana.
Kesalahan penulisan singkatan dan akronim terjadi pada penulisan PT. yang seharusnya PT tanpa titik. Kesalahan ini terus berulang, dengan catatan, sebagian ada yang menggunakan titik sebagian lagi tidak. Ketidakkonsistenan ini menimbulkan kebingungan apakah ini termasuk lapse atau error. Kesalahan juga terjadi pada penulisan akronim IWAPI yang seharusnya Iwapi. Huruf kapital, seharusnya, hanya di awal kata saja karena Iwapi adalah akronim yang berupa singkatan dari beberapa unsur.
Titik dua, seharusnya, digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh rangkaian atau pemerian. Dari hasil analisis, ditemukan tanda titik dua tidak digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh rangkaian atau pemerian. Misalnya: …yaitu (1) mendengarkan, (2) …, (3) …, (4)…. yang seharusnya ditulis …yaitu: (1) mendengarkan, (2) …, (3) …, (4)….
Kesalahan kata ganti –nya terjadi dalam penulisan yang digabung dengan singkatan yang seharusnya dirangkaikan dengan tanda hubung. Sesuai dengan aturan, kata ganti -ku, -mu, -nya dirangkai dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital. Jadi, penulisan SIMnya seharusnya ditulis SIM-nya.
Kesalahan pemakaian tanda titik koma terjadi pada akhir pernyataan perincian dalam frasa atau kelompok kata. Misalnya: …yaitu: (1) mempelajari … yang diperlukan, (2) …, (3) …. yang seharusnya …yaitu: (1) mempelajari … yang diperlukan; (2) …; (3) …. Hal ini terjadi mungkin karena kebiasaan menggunakan tanda koma dalam suatu perincian.
Kesalahan penulisan partikel terjadi pada penulisan partikel pun dan per. Kata sekali pun seharusnya ditulis sekalipun. Walaupun pada umumnya partikel pun memang ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya, namun, untuk beberapa kata yang sudah lazim dianggap padu, seharusnya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Hal yang juga terjadi pada partikel per. Partikel per, pada umumnya, ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Namun, apabila menulis bilangan pecahan maka dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Jadi tiga per empat (3/4) seharusnya ditulis tiga perempat.
Dalam penulisan karya ilmiah, masih ditemukan kesalahan pemakaian tanda hubung. Kesalahan penulisan tanda hubung terjadi pada saat menggabungkan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Misalnya: mendownload seharusnya ditulis men-download dan merecycle seharusnya ditulis me-recycle.
Rekapitulasi jumlah dan jenis kesalahan untuk masing-masing artikel jurnal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Rekapitulasi Berdasarkan Jenis Kesalahan
Catatan:
1f : huruf miring 3b : tanda koma
1g : huruf kapital 3c : tanda titik koma
2f : kata depan di, ke, dari 3d : tanda titik dua
2g : partikel 3e : tanda hubung
2h: singkatan dan akronim 4 : unsur serapan
2j: kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu, -nya
Apabila kesalahan diurai-kan berdasarkan masing-masing jurnal, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Jurnal MBiA
Gambar 1 Jenis Kesalahan pada Jurnal MBiA
2. Matriks
Gambar 2 Jenis Kesalahan pada Jurnal Matriks
3. Tekno
Gambar 3 Jenis Kesalahan pada Jurnal Tekno
4. Inovasi
Gambar 4 Jenis Kesalahan pada Jurnal Inovasi
5. Bina Bahasa
Gambar 5 Jenis Kesalahan pada Jurnal Inovasi
PEMBAHASAN
Sekolah adalah lembaga pen-didikan yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Bagi siswa SD, SMP, SMA, dan mahasiswa , bahasa Indonesia selain dipelajari secara teoretis dalam mata pelajaran juga sebagai alat komunikasi sebagai penerapannya. Dengan demikian, lingkungan pendidikan diharapkan menjadi tempat pembinaan dan pemeliharaan bahasa Indonesia.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Indonesia secara bertahap dan sistematis mengalami penyempurnaan ejaannya. Ejaan bahasa Indonesia dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan konsep Ch. A Van Ophuijsen yang dikenal dengan ejaan Ophuijsen. Pada tanggal 19 Maret 1947, ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan Ophuijsen. Kemudian, pada tanggal 16 Agustus1972, Ejaan Soewandi resmi diganti oleh pemerintah dengan EyD berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 (Azharny: 2010). EyD kemudian dikuatkan kembali dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Tahun 2009, keluar lagi Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan yang digunakan saat ini.
Ragam bahasa baku, yang biasanya diperoleh melalui pendidikan formal di sekolah, lazim juga disebut ragam bahasa sekolah. Ragam bahasa yang kerap dipakai oleh kaum terpelajar ini dianggap sebagai tolok ukur pemakaian bahasa yang benar. Oleh karena itu ragam bahasa sekolah disebut juga ragam bahasa baku (Alwi et al., 1998). Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun mengenal istilah tidak menjamin mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku. Istilah bahasa baku, dalam bahasa Indonesia, atau standard language, dalam bahasa Inggris, pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada tahun 1926. Ia termasuk pencentus Aliran Praha atau The Prague School. Pada tahun 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas (Garvin, 1967 dalam Purba, 1996). Pengertian bahasa baku di atas diikuti dan diacu oleh pakar bahasa dan pengajaran bahasa baik di barat maupun di Indonesia. Di dalam Dictionary Language and Linguistics, Hartman dan Strok (dalam Purba, 1996) PURBA TIDAK ADA DALAM DAFTAR RUJUKAN berpengertian bahasa baku adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih digandrungi dan yang sering didasarkan bahasa orang-orang yang berpendidikan di dalam atau di sekitar pusat kebudayaan atau suatu masyarakat bahasa.
Sedangkan dalam Socio-linguistics, A Critical Survey of Theory and Applicatipon (Dittmar, 1976), bahasa baku dikatakan sebagai ragam bahasa dari suatu masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial atas dasar kepentingan dari pihak-pihak dominan di dalam masyarakat itu. Tindakan pengesahan itu dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan nilai yang bermotivasi sosial politik .
Di dalam Logman Dictionary of Applied Linguistics, Crystal (1985) berpengertian bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang berstatus tinggi di dalam suatu masyarakat atau bangsa dan biasa didasarkan penutur asli yang berpendidikan di dalam berbicara dan menulis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa baku itu adalah bentuk bahasa yang difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu. Ketiga aspek yang terdapat di dalam konsep bahasa baku itu–kodifikasi, keberterimaan, difungsikan atau dipakai sebagai model– berkesatuan utuh dan saling berkait baik dalam menentukan kode bahasa maupun kode pamakaian bahasa baku.
Bahasa baku adalah bahasa yang dipakai dalam menulis karya ilmiah. Karya ilmiah adalah salah satu media yang menggunakan bahasa baku dimana penulisan suatu karya ilmiah harus memenuhi kaidah penulisan yang berlaku. Pendapat ini didukung oleh Djuroto dan Supriyadi (2002) yang menyatakan bahwa karya ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian yang sistematis berdasar pada metode ilmiah untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
Menurut Gatot (2009), karya ilmiah adalah karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
Menurut Brotowidjoyo (2002), karya ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Sesuai dengan cirinya, karya ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau konferensi), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Dari beberapa definisi dan berdasarkan karakteristik karya ilmiah, yang dimaksud karya ilmiah dalam tulisan ini adalah artikel yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis berdasarkan fakta, teori, dan bukti-bukti empirik dengan menggunakan bahasa baku.
Orang Indonesia pada umumnya dwibahasawan. Dalam berkomunikasi, terkadang interferensi terjadi disebabkan ada pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Menurut Bloomfield (dalam Tarigan, 1990), interferensi adalah penerapan penggunaan dua bahasa secara bergantian sehingga menimbulkan kekacauan bahasa yang mengakibatkan kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan tidak sama sifat dan penyebabnya. Corder (dalam Tarigan, 1990) membedakan kesalahan berbahasa menjadi tiga macam berdasarkan penyebabnya yaitu : (1) lapse adalah kesalahan yang terjadi karena tidak disengaja (slip of the tounge atau slip of the pen); error (kesalahan), kesalahan yang timbul karena pembicara melanggar aturan tata bahasa; (3) mistake (kekeliruan), kesalahan yang terjadi karena pembicara tidak tepat memilih kata atau ungkapan untuk situasi tertentu
SIMPULAN
Simpulan merupakan ikhtisar dari apa yang telah diuraikan sebelumnya (KBBI, 1990). Berdasarkan hasil paparan dan analisis data yang telah dilakukan dan sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, hasil analisis dapat disimpulkan:
1) dosen UBD masih melakukan kesalahan dalam menggunakan EyD dalam menulis karya ilmiah pada jurnal;
2) bentuk kesalahan masih terjadi pada semua jenis kesalahan yaitu pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan;
3) jenis kesalahan yang masih terjadi pada : (1) pemakaian huruf miring 28,07%; (2) pemakaian huruf kapital 23,46%; (3) penulisan kata depan di, ke, dan dari (18,07%); (4) pemakaian tanda koma 14,61%; (5) penulisan unsur serapan 3,90%; (6) penulisan singkatan dan akronim 2,69%; (7) pemakaian tanda titik dua 2,30%; (8) kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu 1,92%; (9) pemakaian tanda titik koma 1,92%; (10) penulisan partikel 1,53%; dan (11) pemakaian tanda hubung 1,53%;
4) kesalahan yang terjadi banyak disebabkan karena kesalahan jenis error. Kesalahan jenis lapse juga masih terjadi walaupun dalam jumlah yang sedikit;
5) ada kemungkinan kesalahan, jumlahnya, akan lebih banyak dan kesalahan jenis mistake juga akan muncul apabila analisis diperluas tidak hanya ejaan saja tetapi juga pembuatan kalimat efektif.
SARAN
Saran yang disampaikan dalam artikel ini meliputi: (1) saran yang berkaitan dengan analisis selanjutnya; (2) saran yang berkaitan dengan dosen; (3) saran yang berkaitan dengan institusi terkait, baik Perguruan Tinggi maupun Balai Bahasa.
1) Hasil analisis ini dapat digunakan oleh peneliti berikutnya sebagai bahan acuan dalam menganalisis kesalahan berbahasa dari unsur afiksasi, kohesi, dan koherensi. Patut diduga, kesalahan dosen dalam menulis karya ilmiah yang bermutu akan lebih banyak.
2) Hasil analisis ini dapat memberi masukan kepada dosen untuk menggunakan EyD sebagai pedoman dalam menulis karya ilmiah agar karya ilmiah yang dibuat lebih bermutu. Dengan kemampuan menggunakan Eyd dalam menulis karya ilmiah, dosen dapat berperan aktif mengoreksi karya ilmiah mahasiswa sehingga kualitas karya ilmiah, baik dosen maupun mahasiswa, akan lebih baik.
3) Hasil analisis dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Universitas Bina Darma untuk berupaya memperbaiki kualitas karya ilmiah dosen-dosennya dengan memberi pelatihan-pelatihan penulisan karya ilmiah yang baik dengan menjalin kerjasama dengan Balai Bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nazar, Noerzisri. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora. 2004.
[2] Santoso, Budi. Skripsi: ”Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang”. 2009.
[3] Azharny, Husaini. Almanak Sejarah Indonesia: Peristiwa dan Tokoh. Jakarta: PT Intisari Mediatama. 2010.
[4] Alwi, Hasan, Soenjono Dardjo-widjoyo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Ed. Ke-3). Jakarta: Balai Pustaka. 1998.
[5] Dittmar, N. Sociolinguistics, A Critical Survey of Theory and Application. London: Edward Arnold. 1976.
[6] Crystal, D. A Dictionary of Linguistics and Phonology. New York: Blackwell. 1985.
[7] Djuroto, Totok, Bambang Su-priyadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung: Rosda Karya. 2005.
[8] Gatot. Efektivitas Berbahasa. Yogyakarta: CV Karya. 2009.
[9] Brotowidjoyo, Mukayat. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. Ke-2). Jakarta: Akademika Pressindo. 2002.
[10] Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1990.
Arifin, Zainal dan S. Amran Tassai.2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.(ibu yang ini tidak dirujuk dalam tulisan)
Related posts:
PKM-GT UBD 2012 – Autocorrect Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dalam Ragam Baku Tulis
APLIKASI KOREKSI KESALAHAN BERBAHASA PADA TULISAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH
Ipteks bagi Kewirausahaan Niaga Bina Darma melalui Bina Darma Entrepreneurships Center di Universitas Bina Darma
Komentar
Posting Komentar